Taman Safari Indonesia mengembangkan kertas daur ulang unik. Kertas tersebut terbuat dari kotoran gajah.
Kepala Divisi Bidang Pertamanan Kompos dan Kertas Taman Safari Indonesia (TSI) Mukdor Khasani menjelaskan, pembuatan kertas dari kotoran gajah tersebut melalui beberapa tahapan, diawali dengan mencuci kotoran gajah dengan air.
Kotoran gajah yang telah dicuci, berupa serat sisa makanan yang masih basah, lalu dijemur di sinar matahari hingga kering dan berubah warna seperti warna coklat susu. Serat kering kotoran gajah itu dicampur dengan kertas bekas.
“Perbandingan pencampuran ini 3 kilogram kotoran gajah dan 1 kg kertas bekas,” kata Mukdor dalam acara perayaan peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional di TSI
Selanjutnya, kata Mukdor, kotoran gajah dan kertas diblender dalam alat khusus. Tahap selanjutnya, perebusan yang berlangsung selama 15 menit. Setelah direbus dan berubah menjadi bubur kertas, campuran dicetak dengan screen ukuran 40 x 50 sentimeter untuk menjadi kertas kering.
Pembuatan kertas dari kotoran gajah ini dimulai sejak enam bulan lalu. Berawal dari eksperimen dua pegawai TSI. Ia mengatakan, proses pembuatan kertas dari kotoran gajah dapat berlangsung selama satu hari.
Dalam satu hari, TSI menghasilkan 2 ton kotoran gajah dari 40 gajah yang ada. “Dari 2 ton kotoran itu diolah setiap harinya. Dari 100 kg serat kotoran dikeringkan menghasilkan 4 kg kotoran kering. Dari 4 kg serat kering menghasilkan 210 lembar kertas ukuran 40 x 50 cm,” jelas Mukdor.
Mukdor menambahkan, kertas dari kotoran gajah ini sudah dibuat menjadi buku, amplop, kertas cetak foto, undangan, dan frame foto.
Menteri Lingkungan Hidup, Baltasar Kambuaya, mengapresiasi pengelolaan kotoran gajah untuk pembuatan kertas yang dikembangkan oleh Taman Safari Indonesia.
“Selama ini kertas diproduksi dari pohon atau hutan kita. Jika kotoran gajah bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kertas tentu ini dapat mengurangi penggunaan kertas dari pohon,” katanya.
“Kita berharap ini bisa dikembangkan menjadi industri,” tambahnya.
Kepala Divisi Bidang Pertamanan Kompos dan Kertas Taman Safari Indonesia (TSI) Mukdor Khasani menjelaskan, pembuatan kertas dari kotoran gajah tersebut melalui beberapa tahapan, diawali dengan mencuci kotoran gajah dengan air.
Kotoran gajah yang telah dicuci, berupa serat sisa makanan yang masih basah, lalu dijemur di sinar matahari hingga kering dan berubah warna seperti warna coklat susu. Serat kering kotoran gajah itu dicampur dengan kertas bekas.
“Perbandingan pencampuran ini 3 kilogram kotoran gajah dan 1 kg kertas bekas,” kata Mukdor dalam acara perayaan peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional di TSI
Selanjutnya, kata Mukdor, kotoran gajah dan kertas diblender dalam alat khusus. Tahap selanjutnya, perebusan yang berlangsung selama 15 menit. Setelah direbus dan berubah menjadi bubur kertas, campuran dicetak dengan screen ukuran 40 x 50 sentimeter untuk menjadi kertas kering.
Pembuatan kertas dari kotoran gajah ini dimulai sejak enam bulan lalu. Berawal dari eksperimen dua pegawai TSI. Ia mengatakan, proses pembuatan kertas dari kotoran gajah dapat berlangsung selama satu hari.
Dalam satu hari, TSI menghasilkan 2 ton kotoran gajah dari 40 gajah yang ada. “Dari 2 ton kotoran itu diolah setiap harinya. Dari 100 kg serat kotoran dikeringkan menghasilkan 4 kg kotoran kering. Dari 4 kg serat kering menghasilkan 210 lembar kertas ukuran 40 x 50 cm,” jelas Mukdor.
Mukdor menambahkan, kertas dari kotoran gajah ini sudah dibuat menjadi buku, amplop, kertas cetak foto, undangan, dan frame foto.
Menteri Lingkungan Hidup, Baltasar Kambuaya, mengapresiasi pengelolaan kotoran gajah untuk pembuatan kertas yang dikembangkan oleh Taman Safari Indonesia.
“Selama ini kertas diproduksi dari pohon atau hutan kita. Jika kotoran gajah bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kertas tentu ini dapat mengurangi penggunaan kertas dari pohon,” katanya.
“Kita berharap ini bisa dikembangkan menjadi industri,” tambahnya.
0 comments:
Post a Comment